Zaid bin Harits : Kekasih Rasulullah
Oleh : Cahya Amalinadhi Putra (13613042)
Prolog
Manusia mulai
lupa. Ditengah pesatnya perkembangan zaman, ditengah pesatnya perkembangan
teknologi, manusia lupa akan pesatnya perkembangan agama. Masyarakat jarang
yang memaknai perjuangan orang terdahulu, terutama yang membuka gerbang
kesempatan berkembangnya agama. Islam adalah salah satu agama yang menarik
untuk dibahas.
Awalnya, Islam
hadir sebagai agama yang unik dan menyediakan pandangan baru dikalangan
penduduk mekkah. Hal ini rupanya menimbulkan reaksi yang lebih banyak
negatifnya dari penduduknya. Hasilnya, tak jarang dalam memperjuangkan Islam, pemeluknya
tak hanya berjuang secara kata, namun fisik juga yang akibat terbesanya adalah
peperangan.
Dalam tiap
perang selalu ada panglima. Begitu pula dalam peperangan untuk agama Islam. Tiap
panglima punya sesuatu yang special. Salah satu dari panglima tersebut memiliki
kesan tersendiri bagi penuls, yakni Zaid bin Harist, kekasih rasulullah,
panglima perang Mut’ah.
Zaid Kecil : Penculikan Zaid
Dikisahkan
zaid bin harist adalah seorang budak yang dibeli oleh Siti Khadijah dan
dihadiakan kepada Nabi Muhammad SAW. Mulanya, Zaid adalah anak keluarga
Haritsah yang bahagia. Su’da, isteri Haritsah, sudah lama tak pulang ke kampong
halamannya. Oleh karena itu, keluarga tersebut sepakat untuk mengunjungi kampung
halaman isterinya. Perbekalan dan transportasi telah disiapkan. Namun, Haritsah
tak ikut dalam rombongan karena masih ada urusan yang harus Ia selesaikan.
Dengan berat
hati, ditinggalkannya Su’da dan Zaid kecil bersama kilafah. Tak lama setelah
itu, kembalilah Su’da menemui Haritsah. Su’da tak kembali bersama Zaid, namun
bersama musibah yang telah menimpanya. Diceritakan kepada Haritsah bahwa
rombongan diserang oleh sekawanan perampok. Beruntung Su’da dapat lolos namun
tidak bagi Zaid. Hasilnya, Haritsah langsung lemas dan mulai mencari si Zaid
kecil ditengah padang pasir. Setelah sekian lama mencari dan berhasil nihil,
Haritsah memasrahkan nasib anaknya kepada yang di atas.
Awal Mula bertemu Rasulullah.
Setelah
kejadian tersebut, nasib Zaid berubah 100%. Zaid menjadi seorang budak. Atas
kehendak Allah SWT, Zaid dibeli oleh Siti Khadijah dan dihadiahkan kepada Rasulullah
karena kepintaran dan perilaku budinya. Itulah saat pertama Zaid bertemu
rasulullah.
Pilihan Sulit
Saat
Rasulullah membawa wahyu Allah SWT, yakni Islam. Zaid menjadi salah satu orang
pertama yang masuk Islam. Yang menarik, rasa cinta Zaid kepada Rasulullah
melebihi rasa cintanya kepada orang tuanya.
Alkisah,
ternyata Haritsah tak menyerah untuk mencari Zaid. Setelah terdengar kabar
bahwa Zaid ada bersama Rasulullah, Haritsah langsung bergegas menemuinya dan
berbicara pada Rasulullah untuk
mengembalikan Zaid. Mengenai hal itu, Rasulullah mempersilahkan Zaid untuk
memilih yang dia inginkan. Tanpa ragu Zaid memilih Rasulullah sebagai ayah
terbaiknya. Seketika itu Rasulullah menjadi senang sekaligus haru. Diajaknya
Zaid ke Ka’bah dan dikenalkannya kepada seluruh penduduk Mekkah bahwa mulai
sekarang Zaid adalah anak angkatnya dan pewarisnya. Dengan hal tersebut,
pulanglah Haritsah dengan hati lapang.
Nama Zaid ada dalam Al-Qur’an
Selain
dididik layaknya anak sendiri, Rasulullah juga menikahkan Zaid dengan
seseorang, namun pernikahan tersebut berakhir dengan cerainya Zaid. Setelah
itu, Rasulullah datang mempersunting Istri Zaid. Akibatnya, munculah berbagai
fitnah dari orang munafik mekkah sehingga turun Ayat dari Allah SWT yang
mempertegas bahwa Zaid adalah anak angkat dan menikah dengan istri seorang anak
angkat adalah halal.
Ayat
tersebut benar-benar menyatakan bahwa itu adalah Zaid sehingga Zaid adalah
salah satu nama sahabat yang disebutkan di dalam Al-qur’an.
Zaid menjadi Panglima perang Mut’ah
Berawal
dari situasi panas akibat terbunuhnya utusan Rasulullah oleh romawi yang takut
atas perkembangan agama Islam. Rasulullah berencana melakukan serangan mendadak
demi mempertahankan agama Islam. Begitu mengetahui bagaimana pentingnya dan
bahayanya perang ini, Rasulullah memilih orang yang benar-benar berani
menggadaikan jiwa dan raganya untuk Allah SWT dan agamanya. Muncullah 3 nama
dan salah satunya adalah Zaid bin Harits. Dari pilihan itu Rasulullah
mempertimbangakan orang-orang yang waktu malam bertakarub mendekatkan diri
kepada Allah SWT dan diwaktu siang menjadi pendekar pejuang pembela agama.
Saat
peperangan berlangsung, belum sempat Kaum Muslimin dihadang di desa Mut’ah.
Mereka dihadang oleh orang romawi yang jumlahnya 200.000 orang sedangkan mereka
hanya 3.000 orang. Hal ini adalah duka. Namun jumlah bukanlah halangan bagi
orang yang berperang berdasarkan iman. Dengan tak ragu lagi, Zaid bin Harits
maju memimpin kaum di barisan terdepan mengendarai kuda dan menunjukan
ketangkasannya sambil memegang teguh panji-panji Rasulullah. Mereka bukan hanya
semata-mata mencari kemenangan, tetapi lebih dari itu, mereka mencari apa yang
telah dijanjikan Allah SWT, yakni tempat pembaringan disisi Allah SWT.
Zaid
tak sempat melihat pasri Balqa’, bahkan pula keadaan bala tentara Romawi, tetapi
ia langsung melihat keindahan taman-taman surga. Ia terjun untuk membunuh atau
dibunuh. Ia tidak memisahkan kepala musuh-musuhnya. Ia hanya membuka pintu dan
menembus diding yang menghalanginya untuk menemui surga Allah SWT. Akhirnya Zaid
bin Harits menjadi syahid dalam pertempuran itu.
Hikmah
Melihat
dari pengalaman seorang Zaid, rasa cintanya terhadap Allah SWT menyebabkan ia
memilih untuk berjuang bersama Rasulullah, menyebabkan ia menerima, tegar, dan
senang saat diamanahkan menjadi panglima oleh Rasulullah, menyebabkan ia tak
takut mati meskipun tau keadaan kaum yang kalah jumlah saat itu. Setelah
menyimak sejarah dari salah satu sahabat tersebut, memang pantas seorang Zaid
diberi gelar kekasih Rasulullah.
Hal
tersebut (perang) memang sudah tak relevan apabila dipraktekan di zaman
sekarang. Perjuangan seorang Zaid dapat diteladani melalui keikhlasannya,
kegigihannya, keuletannya, dan keimanannya kepada Allah SWT dengan melakukan
hal-hal yang dimiliki atau diamanahi dengan maksimal karena Allah SWT. Seorang
Zaid rela memperjuangkan Iman sampai sejauh itu, maka sangatlah rendah apa yang
orang-orang perjuangkan selain Iman di zaman ini. Maka dari itu janganlah
mengeluh terhadap yang sedang dikerjakan dan tetaplah menyelesaikannya dengan
sebaik-baiknya karena Allah SWT.
Sumber :
risalahrasul.wordpress.com/2008/05/29/zaid-bin-haritsah/
0 komentar:
Post a Comment
Hey, It's my pleasure to know what was in your mind after reading the article above. So, you can comment or give critics to my writing on this comment box below